Warga Sangiang Jaya Bongkar Drainase yang Ditutup Ruko, Dewan Saiful Milah: Itu Luapan Kekesalan

waktu baca 2 menit
Kamis, 2 Okt 2025 20:48 0 25 Angga

SEPUTARBANTENID – Keluhan warga Sangiang Jaya yang minta drainase di bongkar pemerintah sampai saat ini belum juga dipenuhi dan menyebabkan warga mengambil langkah untuk membongkar paksa Drainase yang ditutup tuko yang menyebabkan banjir di wilayah RT 02 RW 01 Kelurahan Sangiang Jaya, Periuk, Kota Tangerang, Kamis (2/10/2025

‎Warga menilai penyebab banjir yang kerap berdampak kepada pemukiman warga dan jalan raya akibat drainase yang ditutup Ruko milik Andreas sejak tahun 2022. Dan aksi pembongkaran paksa juga merupakan puncak kekesalan warga karena sejak lama drainase yang ditutup tidak dibongkar baik oleh pemilik ruko maupun pemerintah daerah.

‎Anggota DPRD Kota Tangerang yang juga merupakan tokoh masyarakat setempat H.Saiful Milah menegaskan bahwa langkah itu merupakan bentuk kekesalan warga setelah bertahun-tahun menunggu ketegasan pemerintah.

‎“Ini luapan dari kekesalan masyarakat dalam menunggu penyelesaian soal bangunan ruko yang menutup saluran air. Sejak 2022 warga sudah menahan diri, tapi hari ini mereka sudah jengkel,” ujar Saiful saat di lokasi.

‎Menurutnya, berbagai upaya telah ditempuh. Mulai dari komunikasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan (Perkimtan), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), hingga rapat bersama Wali Kota Tangerang. Namun, persoalan tak kunjung selesai karena alasan yang terus bergulir dari satu dinas ke dinas lain.

‎“BPN sudah jelas menyatakan sertifikat ruko tidak termasuk area saluran air. Gambarnya pun sudah keluar. Tapi pemerintah daerah masih saja lempar tanggung jawab ke PU, ke Perkim, atau ke Satpol PP. Sampai kapan?” tegas Saiful.

‎Lanjut, ia mengingatkan jika hari Senin depan Pemkot Tangerang tidak berani mengeksekusi, warga akan kembali turun tangan.

‎“Kalau Senin nanti tidak ada tindakan, ya sudah, masyarakat sendiri yang akan bongkar. Mereka sudah hampir tidak percaya lagi dengan pemerintah,” ucapnya.

‎Sementara itu, Saripudin, warga yang tinggal dekat lokasi ruko, mengaku setiap musim hujan rumahnya dan warga lain kerap terendam banjir. Hal itu, kata dia, berbeda jauh dengan kondisi sebelum ruko berdiri.

‎“Dulu saluran airnya lebar sekitar 3 meter. Hujan berhari-hari pun tidak pernah banjir. Setelah ruko empat lantai itu dibangun, saluran mengecil, aliran air melambat, dan baru hujan sebentar saja sudah banjir,” ungkapnya.

‎Warga menilai, selain menutup saluran air, bangunan ruko tersebut juga mengabaikan kepentingan lingkungan sekitar. Mereka mendesak pemerintah segera bertindak tegas agar persoalan yang sudah berlarut sejak 2022 ini tidak kembali menimbulkan keresahan. (red)

LAINNYA